Liverpool F.C.
Liverpool Football Club (dikenal pula sebagai
Liverpool atau
The Reds) adalah sebuah klub
sepak bola peserta
Liga Utama Inggris. Liverpool adalah klub tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris yang bermarkas di kota
Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5 trofi
Liga Champions (dulu
Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris.18 gelar
Liga Inggris, 7
Piala FA, serta, 7 kali juara
Piala Liga. Stadion mereka berada di
Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari pusat kota
Liverpool.
Sejarah
Salah satu klub tersukses di
Inggris Raya. Didirikan pada
1892 akibat perseteruan antara Komite Everton FC dengan
John Holding sebagai Presiden Club yang juga pemilik stadion
Anfield. Akibat dari perseteruan itu,
Everton akhirnya pindah ke stadion
Goodison Park dan
John Holding menjadikan stadion
Anfield
sebagai kandang Liverpool FC sampai sekarang. Klub sempat diberi nama
Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic,
namun FA menolak mengakui ada dua tim bernama Everton. Akhirnya pada
bulan
Juni 1892,
John Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC. Liverpool menjelma kekuatan serius di kompetisi sepakbola
Inggris.
Pada musim pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai
Lancashire League sebelum akhirnya bergabung dengan
Divisi II Liga Inggris pada musim
1893/
94. Pada musim pertamanya di Divisi II
Liga Inggris, Liverpool FC langsung menjadi juara dan berhak untuk promosi ke
Divisi I Liga Inggris ( sekarang
Liga Primer Inggris ). Tak butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga, karena pada musim pertamanya di Divisi I ini (musim
1900/
01),
Liverpool sukses menjuarai Divisi I dan mengulanginya lagi lima tahun
kemudian. Liverpool FC sukses meraih juara liga 2 musim berturut-turut
yaitu musim
1921/
22 dan
1922/
23, namun tidak mendapatkan tropi lagi sampai musim
1946/
47 ketika berhasil meraih gelar liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama dilakukan pada
1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan
Burnley
1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih dari 50 tahun, akhirnya
Liverpool FC mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada
musim
1953/
54.
Liverpool sempat terseok-seok sebelum akhirnya
Bill Shankly datang sebagai manajer pada bulan
Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain lama dan menggunakan sebuah ruangan di stadion
Anfield
untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot
Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di
kemudian hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room'
lainnya seperti
Bob Paisley,
Joe Fagan dan
Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool FC yang membuat iri tim musuh. Hasil dari renovasi yang dilakukan oleh
Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika berhasil promosi ke Divisi I pada musim
1961/
62 dan menjadi juara liga pada musim
1963/
64. Setelah menjuarai
Piala FA yang pertama pada tahun
1965 dan menjuarai Liga pada musim
1965/
66,
Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan
Piala UEFA pada musim kompetisi
1972/
73. Musim berikutnya
Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar
Piala FA setelah membantai
Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar
Piala FA
itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena
secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun. Pemain dan
Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha
untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan
melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan
menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu
Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun pada tahun
1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang
pada saat itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool
FC dari tahun
1974 sampai
1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun
Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool FC, ia memberikan total 21 tropi, termasuk 3
Piala Champion, 1
Piala UEFA, 6 juara
Liga Inggris dan 3
Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah bila
Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi
Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti:
Graeme Souness,
Alan Hansen,
Kenny Dalglish dan
Ian Rush. Walaupun
Bob Paisley
akan mewariskan sebuah skuat muda yang sangat hebat dan berbakat,
tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat
siapapun penerusnya.
Sebagai penerus
Bob Paisley yang pensiun pada tahun
1983,
Joe Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga, juara
Piala Liga dan juara
Piala Champion.
Raihan ini menjadikan Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang
berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus dalam 1 musim kompetisi.
Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di
Stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final
Piala Champion
antara Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang, sebagian
besar adalah pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan
bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5
tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama
10 tahun yang akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14
Liverpudlian didakwa bersalah atas peristiwa yang dikenal dengan
Tragedi Heysel. Setelah peristiwa mengerikan itu,
Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan tongkat manajerial selanjutnya kepada
Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai player-manager.
Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC kepada
Kenny Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Pada masa kepemimpinan
Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara
Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara
Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara
Liga Inggris dan juara
Piala FA pada musim kompetisi
1985/
86. Bila tidak terkena sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut
Piala Champion pada saat itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan
Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu
Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final
Piala FA melawan
Nottingham Forrest tanggal
15 April 1989,
ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang
mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas
stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat
kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1
Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun. Akibat
Tragedi Hillsborough ini pemerintah
Inggris melakukan penelitian kembali mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan sebutan
Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari
Tragedi Hillsborough
ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion karena
kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris
mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris
untuk meniadakan tribun berdiri. Setelah menjadi saksi hidup dari
tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King'
Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal
22 Februari 1990
ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC.
Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepakbola pada saat itu, karena
Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar
Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh
Kenny Dalglish
pada saat itu adalah tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam
menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani
oleh pelatih tim utama
Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk
Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King'
Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
Perginya 'King'
Kenny Dalglish
dan 2 tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough ) sepertinya
memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool FC.
Kedatangan
Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar
Piala FA pada tahun
1992,
tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan
strategi yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak
konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan
Liverpudlian adalah ketika Souness menceritakan proses pemulihan
kesehatannya pasca operasi jantung kepada koran
The Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di
Merseyside memboikot koran
The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai
Tragedi Hillsborough. Pada
28 Januari 1994,
Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari
Piala Liga dan
Piala FA. Pelatih
Roy Evans
ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada
di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir.
Walaupun secara raihan gelar juara
Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda diantaranya :
Robbie Fowler,
Steve McManaman,
Jamie Redknapp,
Rob Jones dan
David James.
Manajer Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior
Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada musim
1994/
95 Liverpool menduduki peringkat 5
Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai
Piala Liga dengan mengalahkan
Bolton Wanderers dengan skor 2-1.
Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yaitu
pass and move.
Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak
diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya,
sehingga Liverpool pada masa
Roy Evans sering disebut
Spice Boys. Selain semakin matangnya pemain seperti :
Robbie Fowler,
Steve McManaman dan
Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan
Roy Evans muncul bakat muda bernama
Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi
PFA Young Player of the Year Award pada tahun
1998.
Pada musim kompetisi
1998/
99 Liverpool FC menarik pelatih asal
Prancis,
Gerard Houllier untuk berpartner dengan
Roy Evans sebagai
joint manager. Tetapi
Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan
Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan
November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain seperti :
Sami Hyypia,
Stephan Henchoz,
Markus Babbel,
Dietmar Hamann,
Gary McAllister dan
Emile Heskey. Selain muncul bintang muda
Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan talenta luar biasa bernama
Steven Gerrard. Tahun
2001
menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan
prestasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC
berhasil meraih
Piala Liga,
Piala FA,
Piala UEFA,
Piala Charity Shield dan
Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara
Liga Inggris yang terakhir diraih pada tahun
1990. Pada tahun
2003 Liverpool FC berhasil meraih
Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada musim
1993/
94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi
Liga Champions. Walaupun berhasil memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan
Gerard Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar
Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah diantisipasi oleh lawan, sehingga pada
24 Mei 2004,
Gerard Houllier digantikan oleh
Rafael Benitez.
Rafael Benitez datang ke Liverpool FC setelah berhasil membawa
Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara
Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara
Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah
Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai
Liga Champions
untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang sebagai partai
terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan
setelah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari kapten
Steven Gerrard,
Vladimir Smicer dan penalti
Xabi Alonso
berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu
penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi pahlawan setelah
berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai
final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup
Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan
yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian
dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan
mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor 3-1. Piala FA tahun
2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez
untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC
mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 dan
mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC
berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man
Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melakukan
tendangan voli untuk gol ke 2 dan melakukan tendangan jarak jauh yang
fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akhirnya pertandingan
dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Walaupun
selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan
fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan
pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya
Gerrard' dan dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala
FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 dan berhasil
mencapai final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi musim
tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar
yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny
Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009.
Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan
digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez,
Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama
pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada
tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New England Sports
Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga
tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa
menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan
para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi
situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena
sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang
kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sangat
memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun
akhirnya mengawali musim 2010/11 dengan sangat buruk. Sampai pertengahan
bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub
divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman
pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi
internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson
sepakat untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya
dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya sampai akhir
musim.
Tepatnya 8 Januari 2011 'King' Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai
manajer Liverpool FC untuk yang ke 2 kalinya. Walaupun pada pertandingan
perdana mengalami kekalahan di Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish
berhasil mengembalikan performa pemain dan ciri khas 'pass and move'
Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny Dalglish berhasil mengangkat
Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi 6 klasemen sementara Liga
Inggris. Hasil ini tidak lepas dari keberanian 'King' Kenny Dalglish
untuk menjual pemain bintang seperti Fernando Torres kemudian membeli
Luis Suarez dari Ajax Amsterdam dan
Andy Carroll dari Newcastle United. Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti:
Martin Kelly,
Jay Spearing, dan
Danny Wilson
pun layak diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak
mendesak agar 'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai
manajer Liverpool FC.
Lambang
Lambang 'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada
partai final Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah
menjadi bagian dari perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool
ini mengalami perubahan pertama pada musim kompetisi 1955/56 dimana
gambar 'Liver Bird' berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C
berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi ini bertahan sampai tahun
1968.
Pada tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub
yang lebih modern. Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam
pemain dengan menyingkirkan garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan
menghilangkan lingkaran ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987,
dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada
tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali
berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi
kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak
di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC
akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami
perubahan yang cukup signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates'
dengan tulisan 'You'll Never Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird'
dimaksudkan untuk mengingatkan jasa manajer Bill Shankly yang telah
menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di dalam tameng terdapat
tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang 'Liver Bird'.
Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.
Tahun 1993 lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api
kembar di kedua sisi tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk
mengenang para Liverpudlian yang menjadi korban pada tragedi
Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini tidak banyak mengalami
perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC yang sekarang
ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi sejak
tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full colour' seperti
sekarang ini.
Pemasok Kostum
Era keemasan
Liverpool sangat dominan pada tahun
1970-an dan
1980-an. Pemain-pemain yang terkenal pada masa ini termasuk
Ray Clemence,
Mark Lawrenson,
Graeme Souness,
Ian Callaghan,
Phil Neal,
Kevin Keegan,
Alan Hansen,
Kenny Dalglish (102
cap), dan
Ian Rush (346 gol)
Liverpool meraih era terbaiknya saat masih dikepalai oleh
Bill Shankly.
Pelatih ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati
karena berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu setelah
sebelumnya mendekap di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati
jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield.
Tragedi
Klub ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu dalam
Tragedi Heysel pada
1985 dan Tragedi
Hillsborough pada
1989. Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Treble
Liverpool berhasil mendapatkan treble winner, Liverpool mendapatkan dua gelar domestik (
Piala Liga dan
Piala FA) dan
Piala UEFA pada musim 2000/01. Meskipun begitu, memenangi treble bukanlah hal yang baru bagi mereka. Pada 1984 mereka menjadi juara
Piala Champions, Piala Liga dan Liga Inggris.
Skuat
- Per 15 Juli 2011.[1]
Tim utama
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
Cadangan
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
Dipinjamkan
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
Staff Teknis
- Manajer: Kenny Dalglish
- Asisten Manajer: Steve Clarke
- Pelatih Tim Utama: Kevin Keen
- Pelatih Penjaga Gawang: John Achterberg
- Manajer Tim Cadangan: Rodolfo Borrell
- Asisten Pencari Bakat: Mike McGlynn
- Kepala Kedokteran Olahraga dan Sains Olahraga: Peter Brukner
- Dokter Klub: Zaf Iqbal
- Kepala Kebugaran: Darren Burgess
- Kepala Fisioterapi: Phil Coles
- Pelatih Kebugaran Rehab: Jordan Milsom
- Konsultan Sains Olahraga: Barry Drust
- Fisioterapis Senior: Rob Price
- Fisioterapis Senior: Andrew Nealon
- Fisioterapis: Chris Morgan
- Fisioterapis Tim Cadangan: Matt Konopinski
- Ahli Sains Olahraga: Alan McCall
- Terapis Olahraga: Ivan Ortega
- Ahli Pijat: Paul Small
- Ahli Pijat: Sylvan Richardson
Manajer
Sampai 20 Juli, 2006. Data hanya berdasarkan kompetisi saja
Pencapaian
Total Liverpool telah mengoleksi 18 tropi Liga Utama Inggris. Selama 16 tahun
Premiere League bergulir, Liverpool belum pernah memenangkan title tersebut sekalipun. Liverpool memegang rekor 7 tropi juara
Piala Liga, selisish 2 dengan
Aston Villa. Liverpool pernah meraih gelar ganda dengan menjuarai Liga dan
Piala FA
pada tahun 1986. Mereka juga pernah memenangkan tiga trophi dalam satu
musim sebanyak 2 kali – yang pertama mereka memenangkan Liga Inggris,
Piala Liga dan
Piala Champion pada tahun 1984, serta pada tahun 2001 dengan meraih Piala FA, Piala Liga dan
Piala UEFA. Liverpool juga pernah meraih gelar ganda eropa dengan menjuarai Liga dan Piala Champion eropa pada tahun 1977.
Hingga saat ini Liverpool telah mengkoleksi 5 tropi
Liga Champion yang merupakan terbanyak di Inggris serta ketiga terbanyak di dari seluruh klub dibawah
Real Madrid dan
AC Milan. Dengan meraih tropi Liga Champion ke 5 pada tahun 2005, Liverpool berhak mengenakan
UEFA Badge of Honour, serta berhak memiliki tropi secara permanen. Liverpool pernah menerima anugerah dari World Soccer Magazine sebagai
Team of the Year pada 2001 dan 2005 serta gelar
BBC Sports Personality of the Year Team pada 1977, 1986 dan 2001.
Liverpool adalah klub terbaik Inggris abad 20 menurut International
Federation of Football History and Statistics (IFFHS). Untuk Level
dunia, Liverpool berapa di urutan ke 8 setelah Real Madrid, Juventus,
Barcelona, AC Milan, Bayern Munchen, Inter Milan & Ajax. adapun
Manchester united yang telah mendominasi Liga Inggris selama 2 dekade
terakhir berapa di posisi ke 11 di bawah Liverpool, Benfica dan
Anderlecht.
- Juara Divisi Satu 18[2]
- 1900–01, 1905–06, 1921–22, 1922–23, 1946–47, 1963–64, 1965–66,
1972–73, 1975–76, 1976–77, 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1982–83, 1983–84,
1985–86, 1987–88, 1989–90
- Juara Divisi Dua 4
- 1893–94, 1895–96, 1904–05, 1961–62
- Juara Liga Lancashire 1
- Liga Champions 5[2]
- Juara Piala UEFA 3
- 1972–73, 1975–76, 2000–01
- Juara Piala FA 7
- 1964–65, 1973–74, 1985–86, 1988–89, 1991–92, 2000–2001, 2005–2006
- Juara Piala Remaja FA 2
- Juara Piala Liga 8[2]
- 1980–81, 1981–82, 1982–83, 1983–84, 1994–95, 2000–01, 2002–03, 2011–12
- Juara Charity Shield 15
- 1963–64[3], 1964–65+, 1965–66, 1973–74, 1975–76, 1976–77[3], 1978–79, 1979–80, 1981–82, 1985–86*, 1987–88, 1988–89, 1989–90, 2000–01, 2005–06
- Juara Piala Super Eropa 3
- Juara Piala Super Inggris 1
- Juara Divisi Satu untuk Cadangan 16
- 1956–57, 1968–69, 1969–70, 1970–71, 1972–73, 1973–74, 1974–75,
1975–76, 1976–77, 1978–79, 1980–81, 1981–82, 1983–84, 1984–85, 1989–90,
1999–2000